Tyre Pressure Monitor System (TPMS)
Memeriksa tekanan angin ban kendaraan beroda empat secara terencana kelihatannya merupakan pekerjaan sangat sederhana bahkan cenderung dianggap pekerjaan sepele yang sering diabaikan oleh para pengendara mobil.
Tekanan angin ban yang sesuai dengan standar sangat diharapkan untuk menghasilkan kenyamanan ketika berkendara, mengurangi tingkat gesekan, dan yang terutama meningkatkan keselamatan ketika berkendara.
Untuk membantu pengemudi mengetahui kondisi tekanan ban mobilnya, beberapa pabrikan mengaplikasikan sistem TPMS, Tire Inflation Pressure Monitor Systems, yang dapat memperlihatkan informasi mengenai kondisi tekanan angin ban setiap roda.
Indikator TPMS |
Ikuti Petunjuk Tekanan Ban Yang Dianjurkan Oleh Pabrikan
Pabrikan kendaraan beroda empat biasanya akan memperlihatkan petunjuk atau keterangan mengenai tekanan ban yang harus diikuti pada setiap tipe mobil. Petunjuk mengenai tekanan ban ini biasanya ditulis pada buku aliran pemilik dan pada stiker yang ditempel di pilar pintu kendaraan beroda empat supaya mudah dibaca.Ban kendaraan beroda empat dirancang untuk bekerja pada tekanan tertentu, untuk menghasilkan kenyamanan berkendara, kemampuan mengangkut beban, dan memperkecil Rolling resistance.
Ban dengan tekanan angin yang kurang sangat berbahaya dan dapat menimbulkan kecelakaan, khususnya jika kendaraan beroda empat membawa beban yang berat dan melaju dengan kecepatan tinggi di jalan tol pada cuaca panas. Ban kendaraan beroda empat yang bekerja dengan kondisi ibarat itu rawan untuk meledak.
Catatan :
Pada episode samping ban selalu tertera angka Maximum Cold inflation pressure.
Ingat angka ini BUKAN tekanan angin ban yang direkomendasikan.
Angka ini menunjukkan TEKANAN MAKSIMAL yang dapat diberikan pada ban tersebut.
Tekanan ban yang direkomendasikan pada kendaraan penumpang biasanya sekitar 32-34 psi (Dingin).
Tekanan Angin Ban Berlebihan
Menaikkan tekanan ban akan mengurangi Rolling resistance (konsumsi BBM jadi irit). Juga akan meningkatkan kemampuan mengangkut beban,namun kenyamanan berkendara akan berkurang alasannya ialah ban terlalu keras.Jangan pernah memperlihatkan tekanan angin ban melebihi nilai tekanan maksimum yang tertera pada episode samping ban, tekanan angin ban yang berlebihan akan memperlihatkan tekanan yang berlebihan dan dapat membuat ban meledak.
Tekanan Angin Ban Kurang
Menurunkan tekanan ban akan membuat kendaraan beroda empat lebih nyaman untuk dikendarai alasannya ialah ban menjadi lebih empuk dan daya cengkeram ban ke jalan menjadi lebih baik.Namun kalau tekanan ban terlalu kurang, kemampuan mengangkut beban menjadi berkurang dan gaya gesek ke jalan menjadi tinggi sehingga tarikan kendaraan beroda empat menjadi berat dan konsumsi BBM akan meningkat.
Ban dengan tekanan yang rendah juga akan lebih mudah mengalami keausan.
Kenapa...??
Karena gaya gesek yang besar dan tapak ban yang fleksibel akan membuat kembang ban mudah terkikis sehingga tapak ban menjadi aus dan menyentuh TWI dan ban harus diganti.
Tekanan angin ban yang rendah akan meningkatkan goresan pada episode tread dan sidewall ban sehingga temperatur ban menjadi panas.
Semua ban dirancang untuk bekerja pada temperatur tertentu sesuai dengan tingkatan nya, yang dapat dilihat pada episode samping ban (A,B atau C dimana A tingkat yang paling bagus).
Saat ban dalam kondisi kurang angin, maka ban akan bekerja dalam temperatur yang lebih panas. Hal ini bisa saja menimbulkan potensi ancaman tergantung seberapa rendah tekanan angin, berat beban mobil, kecepatan kendaraan beroda empat dan temperatur cuaca yang dapat membuat ban meledak.
Ban meledak dapat menjadikan kecelakaan fatal alasannya ialah kendaraan beroda empat akan kehilangan kendali, apalagi kalau ban meledak terjadi pada kendaraan ibarat truk dan SUV yang mempunyai ground clearance tinggi dapat menjadikan kendaraan terguling.
Tekanan Angin Ban Harus Diperiksa Secara Berkala
Tekanan angin ban harus diperiksa secara terencana ( setidaknya 2 Minggu atau 1 bulan sekali) alasannya ialah secara alamiah tekanan angin setiap ban akan berkurang dengan sendirinya walaupun tidak ada kebocoran.Kenapa tekanan angin ban bisa berkurang...??
Angin di dalam ban dapat mengalir keluar melalui pori-pori ban yang sangat kecil, kebocoran pada episode Bead ban, bahkan angin dapat keluar melalui pori-pori velg.
Beberapa ban dapat kempes lebih cepat dibandingkan ban lain dan kalau pada ban terdapat kebocoran yang sangat kecil maka ban bisa kempes lebih cepat lagi.
Kondisi tekanan angin ban tidak dapat diperiksa secara visual saja terutama pada ban radial yang mempunyai profil yang tipis.
Tekanan angin ban harus diperiksa ketika kondisi cuek alasannya ialah ketika kendaraan beroda empat berjalan goresan dan panas akan menyebabkan tekanan di dalam ban meningkat. Temperatur udara luar juga akan mensugesti tekanan angin ban.
Pemeriksaan tekanan angin ban harus dilakukan menggunakan alat tire gauge yang akurat, banyak dijual alat pengukur tekanan ban yang murah namun sayangnya akurasinya kurang baik, begitu pula kondisi alat pengisi angin ban yang biasa dipasang di pom bensin banyak alatnya tidak akurat.
Lampu Peringatan Tekanan Angin Ban Rendah
Hentikan kendaraan dan periksa tekanan angin ban kendaraan beroda empat anda kalau lampu TPMS di instrumental panel menyala alasannya ialah hal ini berarti tekanan angin ban dalam kondisi kurang.Lampu peringatan ini akan menyala kalau tekanan angin ban berkurang hingga 25 % dari seharusnya.
Saat kunci kontak diputar ke posisi On, lampu TPMS akan menyala sekitar 1 detik untuk memeriksa kondisi lampu TPMS dan kemudian akan mati kalau kondisi tekanan angin ban semua dalam kondisi baik.
Jika lampu TPMS tidak segera mati atau lampu TPMS menyala ketika kendaraan beroda empat berjalan hal itu pertanda tekanan angin ban dalam kondisi kurang.
Catatan :
Jika Lampu TPMS berkedip itu berarti ada kerusakan yang terdeteksi oleh sistem TPMS yang membutuhkan analisa lebih lanjut.
Kerusakan yang umum terjadi ibarat :
Tire Pressure sensor rusak, kerusakan pada keyless entry receiver modul, kerusakan Pada modul TPMS dan body control modul (BCM) atau kerusakan pada wiring.
Bagaimana Sistem Dapat TPMS Memonitor Tekanan Angin Ban ..??
Sistem TPMS akan memperlihatkan peringatan kepada pengemudi kalau tekanan angin ban berkurang hingga 25 % dari seharusnya.Sistem TPMS yang digunakan untuk memonitor kondisi tekanan angin ban dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu :
- TPMS Direct Type
- TPMS Indirect Type
TPMS Direct Type (Mengukur Tekanan Ban Secara Langsung)
Sensor tekanan mempunyai sebuah transporder yang akan memancarkan gelombang atau sinyal radio dan ditangkap oleh modul TPMS.
Modul TPMS akan mengidentifikasi sinyal yang dikirimkan oleh masing-masing sensor TPMS di tiap roda sehingga modul TPMS akan mengetahui kondisi tekanan angin tiap ban secara tepat.
Jika Modul TPMS mendeteksi ada tekanan angin ban yang kurang hingga melebihi nilai yang ditentukan maka Modul TPMS akan segera memerintahkan lampu indikator TPMS di dashbord untuk menyala atau menampilkan peringatan erupa goresan pena yang ditampilkan di instrument panel.
Pada TPMS direct type ini sensor tekanan biasanya diletakkan pada dua posisi, ada yang diletakkan pada dasar velg di dalam ban dan ditahan menggunakan benda seupa sabuk baja yang panjag atau ada juga sensor yang dipasang pada episode bawah pentil ban, type ini memanfaatkan tubuh pentil ban sebagai antena pemancar oleh alasannya ialah itu tidak boleh menggunakan tutup pentil secara sembarangan.
TPMS Indirect Type (Mengukur Perbedaan Putaran Ban)
Tipe ini tidak mengukur tekanan ban secara eksklusif melainkan mengukur kecepatan putaran tiap-tiap ban yang kemudian oleh modul dapat ditentukan kondisi tekanan angin tiap ban.
TPMS tipe ini memanfaatkan wheel speed sensor yang dipakai oleh sistem ABS, ya artinya sistem ini bekerja menggunakan komponen-komponen ABS yang softwarenya sedikit mengalami modifikasi.
Sistem ABS bisa membaca dan mempelajari kecepatan tiap-tiap roda ketika mobi berjalan lurus dengan kecepatan yang tetap, dari hasil pembacaan kecepatan roda tersebut sistem ABS dapat menentukan kondisi tekanan angin ban kalau terjadi perbedaan putaran diantara keempat roda.
Sistem ini sangat sederhana alasannya ialah tidak membutuhkan sensor suplemen yang harus dipasang di luar atau di dalam ban, otomatis biaya pembuatannya akan lebih murah. Namun sayangnya sistem ini mempunyai beberapa kelemahan, diantaranya :
- Sistem ini tidak dapat mendeteksi tekanan angin yang rendah kalau hal tersebut dialami oleh kedua ban pada axle yang sama.
- Sistem ini tidak dapat menentukan kondisi tekanan ban kalau keempat ban mengalami tekanan yang kurang dalam jumlah yang sama.
Cara kerja TPMS inderct tipe yang menggunakan sistem ABS.
Jika ban kekurangan angin maka diameter ban akan berkurang sehingga ban tersebut akan berputar lebih cepat dibandingkan ban yang lainnya.Tapi pada kebanyakan penerapan, perbedaan diameter ban akan dapat terdeteksi oleh wheel Speed sensor kalau ban kehilangan berat 8 hingga 14 pound.
Tergantung pada jenis ban, diameter ban dan aspek rasio dan tingkat sensitivitas sistem ABS.
Perubahan diameter pada ban profil rendah dengan sidewall yang kaku akan lebih kecil dibandingkan ban dengan aspek rasio yang lebih tinggi dengan sidewall yang lentur.
Akibatnya kehilangan tekanan sebesar 20 psi pada ban low profil hanya akan merubah diameter ban kurang dari 1 mm.
Sistem ABS pada umumnya tidak bisa mendeteksi perubahan diameter ban kurang dari 1 mm. Oleh alasannya ialah itu sistem TPMS yang menggunakan ABS kurang sensitif kalau dibandingkan dengan sistem direct TPMS yang menggunakan sensor tekanan di dalam ban.
TPMS yang menggunakan sistem ABS juga harus mempelajari ulang tanda-tanda putaran tiap roda kalau ban diganti, diperbaiki atau setelah di rotasi.
Pengemudi harus menekan tombol reset yang terdapat di dashboard atau mengikuti petunjuk pada menu yang terdapat pada layar driver information.
Juga sangat penting untuk memastikan ban diberikan tekanan yang sesuai sebelum melaksanakan langkah kalibrasi atau kalau tidak, modul tidak dapat dikalibrasi dengan sempurna dan tidak dapat mendeteksi kekurangan angin ban.
Daya Tahan Baterai Sensor TPMS
Sistem direct TPMS mempunyai beberapa problem teknikal, salah satunya menyangkut daya tahan baterai sensor.
Pressure Sensor didalam tiap ban mempunyai sebuah baterai kecil untuk mengaktifkan sensor dan transponder. Baterai sensor kebanyakan menggunakan jenis baterai lithium 3 volt yang dapat bertahan hingga 10 tahun.
Umur baterai sensor dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya frekuensi pengiriman sinyal Sensor (seberapa sering Sensor memancarkan sinyal), penggunaan kendaraan beroda empat (seberapa sering kendaraan beroda empat dipakai), temperatur udara luar ( suhu yang panas akan memperpendek umur baterai).
Rata-rata baterai sensor TPMS dapat bertahan hingga tujuh tahun.
Pada umumnya baterai sensor TPMS dipasang dan tertutup rapat didalam Sensor TPMS sehingga tidak dapat diganti secara terpisah. Jika baterai sudah soak maka Sensor TPMS harus diganti.
Para jago menyarankan untuk melaksanakan penggantian seluruh sensor TPMS kalau salah satu baterai Sensor TPMS sudah soak dan umurnya sudah lebih dari lima tahun.
Kenapa..??
Alasannya alasannya ialah umur baterai pada setiap sensor kurang lebih sama, jadi kalau salah satu baterai Sensor sudah soak kemungkinan besar baterai Sensor yang lain juga sudah mendekati umur pakai nya.
Waktu yang sempurna untuk melaksanakan penggantian sensor TPMS ialah ketika melaksanakan penggantian ban.
Rata-rata ban dengan pengoperasian normal, tekanan angin yang sesuai dan spooring yang benar dapat bertahan 80.000 hingga 100.000 km, jadi kalau ketika itu anda melaksanakan penggantian ban, kemungkinan baterai yang berada di dalam sensor TPMS mungkin sudah mencapai masa penggantian juga.
Ada beberapa tools yang dapat mendeteksi kapasitas baterai sensor TPMS yang masih tersedia, walaupun tidak semua kendaraan beroda empat dapat menampilkan data tersebut, namun sebagian besar bisa memperlihatkan data tersebut.
Alat tersebut akan mendeteksi kondisi baterai tiap Sensor dan menampilkan persentase kapasitas baterai yang tersisa.
Atau menampilkan indikator LOW kalau kapasitas baterai tinggal 10 atau 15% yang diestimasi baterai bisa bertahan sekitar 6 hingga 9 bulan sebelum baterai benar-benar soak dan harus diganti.
Posisi Sensor TPMS Di Dalam Ban
Salah satu gosip lain yang menjadi perhatian pada sistem direct TPMS ialah mendeteksi posisi Sensor pada tiap-tiap roda.Saat ban dirotasi posisi transponder tiap sensor pasti akan berubah.
Sehingga sistem perlu direset supaya control unit dapat mengetahui posisi tiap-tiap Sensor.
Proses reset ini mungkin mengharuskan pengemudi untuk menekan tombol reset di dashboard atau mengikuti petunjuk pada menu di driver information.
Pada beberapa aplikasi, ibarat yang digunakan oleh Toyota, tiap Sensor TPMS mempunyai aba-aba produksi yang unik dan harus diprogram pada masing-masing roda dengan menggunakan scantool.
Dan pada aplikasi yang umum diterapkan
Prosedur learning khusus harus dilakukan supaya control unit dapat mempelajari lokasi tiap-tiap Sensor.
Prosedur learning ini berbeda-beda pada tiap merk mobil. Jika informasi perihal prosedur learning tidak terdapat pada buku aliran pemilik, informasi tersebut dapat diperoleh dari petunjuk yang diterbitkan pabrikan ban.
Prosedur Reset Kalibrasi TPMS
Pada sistem TPMS yang diterapkan pada Corvette dan Cadillac, setiap transponder Sensor harus dikalibrasi setelah melaksanakan rotasi ban.
Prosedur ini dapat dilakukan dengan mendekatkan magnet J-41760 diatas Valve stem atau dengan menggunakan scantool tech 2 atau yang sejenisnya.
Menggunakan magnet :
Kunci kontak On, mesin posisi mati, tekan tombol lock dan unlock pada fob key.Klakson akan berbunyi sekitar 10 detik yang pertanda Receiver TPMS sedang dalam mode programming. letakkan magnet pada episode atas valve stem depan kiri hingga terdengar suara klakson. langkah ini membuat Sensor TPMS depan kiri memancarkan sinyal aba-aba ke modul TPMS.
Ulangi prosedur tersebut secara berurutan pada roda kanan depan, kanan belakang dan kiri belakang. Pastikan pembacaan tekanan angin keempat sensor dapat ditampilkan pada display driver information modul.
Menggunakan Scantool
Scantool dapat digunakan untuk melaksanakan kegiatan ulang untuk menentukan lokasi ban setelah melaksanakan rotasi ban, ikuti saja petunjuk pada scantool ketika sudah masuk ke menu "TPM Reprogramming Procedure."Pada beberapa kendaraan beroda empat kalau instrument panel dilepas diharapkan pemorgraman ulang dengan menggunakan scantool supaya sistem TPMS dapat berfngsi kembali dengan normal.
Begitu juga kalau baterai dilepas atau baterai soak , dapat membuat control unit TPMS kehilangan memori perihal kondisi tekanan ban dan lokasi tiap-tiap sensor dan memunculkan aba-aba kerusakan atau DTC.
Ada juga kendaraan beroda empat yang menggunakan Module Keyless Entry System sebagai akseptor sinyal gelombang radio yang dipancarkan oleh transponder wheel pressur sensor. Jika module ini mengalami persoalan maka dapat mensugesti kerja sistem smart entry untuk membuka dan menutup pintu dan juga akan mensugesti kerja sistem TPMS.
Mobil-mobil merk Asia seperti Hyundai, Infiniti, Kia, Lexus, Mitsubishi, Nissan, Subaru, Suzuki dan Toyota pada umumnya menggunakan kode-kode khusus pada tiap sensor tekanan yang diprogram secara eksklusif kedalam control module TPMS ketika kendaraan beroda empat dirakit di pabrik.
Jika suatu ketika salah satu sensor bawaan pabrik ini mengalami kerusakan dan diganti menggunakan sensor aftermarket makak aba-aba sensor yang gres harus diprogram secara manual ke Control module TPMS menggunakan scantool. Prosedur programming ini dapat dilakukan menggunakan scantool after market dengan software yang mendukung pekerjaan ini atau kalau tidak programming harus dilakukan di dealer resmi.
Prosedur reprogramming tidak perlu dilakukan kalau hanya melepaskan ban,seperti ketika melaksanakan pekerjaan perbaikan rem atau suspensi asalkan ban tersebut dipasang pada posisinya semula.
Namun kalau ban dirubah posisinya ibarat ketika melaksanakan rotasi ban atau ketika melaksanakan troubleshooting yang mengharuskan melaksanakan perubahan posisi ban prosedur reprogramming ini harus dilakukan menggunakan scantool atau special tools untuk relearn TPMS.
Tips :
Saat melepas lebih dari satu ban pada kendaraan beroda empat yang menggunakan TPMS, berilah tanda pada masing-masing ban menggunakan kapur atau spidol untuk mencegah posisi ban tertukar ketika pemasangan.
Ada beberapa perusahaan yang membuat tool TPMS ibarat Bartec, OTC, Schrader dll. Harga yang ditawarkan pun bevariasi mulai ratusan ribu hingga jutaan rupiah tergantung dari model dan kemampuan alat tersebut. Tool aftermarket ini dapat diaplikasikan pada hampir semua merk kendaraan beroda empat namun mempunyai keterbatasan fungsi atau fitur dibandingkan dengan alat scantool yang dikeluarkan pabrikan mobil.
Tool TPMS ini dapat berkomunikasi dengan sensor dan siste TPMS, dimana alat ini dapat mengaktihan sensor tekanan ban untuk mengirimkan sinyal. Kemuadian alat ini akan memprogram Module TPMS supaya dapat mengetahui posisi tiap-tiap sensor.
Toyota biasanya menyediakan tombol reset yang dipasang di dalam glove box.
Putar kunci kontak ON, Tekan dan tahan tombol reset selama 3 detik. Jika lampu peringatan TPMS berkedip sebanyak 3 kali berarti proses reset telah berhasil. Tunggu selama 5 detik sebelum memutar kunci kontak ke posisi OFF supaya sistem TPMS dapat mengenali pembacaan tekanan ban.
Jangan Menggunakan Tire Sealer Pada Ban Yang menggunakan TPMS Sensor
Sangat tidak diperkenankan menggunakan tire sealer untuk memeprbaiki kebocoran pada ban yang menggunakan sensor TPMS.Tire sealer yang dimasukkan kedalam ban ini dapat menutui sensor TPMS sehingga sensor tidak dapat membaca tekanan angin didalam ban secara normal.
Produk-produk Tire selaer selalu memberinkan label peringatan yang menyebutkan larangan untuk menggunakan produk tersebutpada ban yang menggunakan sensor TPMS.
Hal Yang Harus Diperhatikan Saat Melakukan Perbaikan Sistem TPMS
Pada sistem TPMS tipe indirect yang menggunakan sistem ABS untuk memonitor tekanan angin ban tidak terlalu banyak hal yang harus diperhatikan ketika melaksanakan sistem tersebut.Yang harus diperhatikan ialah jangan lupa untuk mereset sistem setelah melaksanakan penggantian atau rotasi ban dan pastikan juga untuk memeriksa tekanan angin tiap ban sebelum melaksanakan prosedur reset.
Jika terjadi kerusakan pada sistem biasanya bekerjasama dengan sirkuit wheel speed sensor ( ibarat wiring, korosi pada konektor atau sensor yang rusak). Hal ini akan membuat sistem ABS juga tidak berfungsi hingga kerusakan diperbaiki.
Catatan :
Mengganti velg atau ban original dengan velg atau ban aftermarket yang ukurannya berbeda akan menggangu proses kalibrasi dan kerja sistem ABS/TPMS.
Pada kendaraan beroda empat yang menggunakan Sistem TPMS type direct dimana sensor dan trasponder dipasang di dalam ban diharapkan beberapa perhatian khusus ketika melepas dan memasang ban pada velg.
Pada ban tipe run-flat tyre episode sisinya sangat kaku dan keras sehingga proses pembongkaran dan pemasangan tipe ban ini ke velgnya sangat sulit.
Hati-hati ketika akan melepas ban menggunakan mesin Tyre changer jangan hingga merusak sensor yang terdapat didalam ban.
Mengganti sensor TPMS
Jika sensor TPMS mengalami kerusakan sebaiknya ganti dengan yang gres alasannya ialah sensor TPMS tidak dapat diperbaiki.
TPMS sensor yang beredar dipasaran sangat beragam dari segi desain dan konfigurasinya, jadi pastikan memilih sensor TPMS yang sesuai denga mobil. Sensor TPMS original yan dijual pada dealer resmi biasanya harganya sangat mahal sehingga banyak produk aftermarket yang beredar dipasaran .
Trend yang sekarang berkembang ialah penggunaan sensor TPMS "universal" . sebuah sensor yang dapat diprogram pada aneka macam macam aplikasi kendaraan.
0 komentar:
Posting Komentar